Sunat Tradisional Bambu – Jika membahas soal alat untuk sunat, seiring dengan berjalannya waktu mengalami perubahan. Dari yang masih menggunakan alat tradisional, seperti sunat bambu sampai saat ini ada yang dengan klem dan stapler.
Namun, meski alat sunat yang digunakan sudah mengalami perubahan, tidak semua menggunakannya. Mayarkat perkotaan tentunya akan memilih alat yang modern, standar medis dan terbukti keamanannya, sementara di beberapa daerah tertentu memilih menggunakan peralatan tradisional seperti sunat bambu atau alat tradisional lainnya.
Perbedaan Sunat Bambu Dengan Sunat Modern
Biasanya sunat dengan bambu ini, kulup pada penis kemudian menariknya dan berikan tanda untuk menunjukkan seberapa besar kulit yang dipotong. Kemudian proses sunat dimulai.
Proses sunat dengan bambu ini biasanya kulit kulup akan dijepit dengan bambu, lalu lukanya akan dibalut untuk mengurangi perdarahan. Cara membalut luka sunat juga berbeda-beda, ada yang menggunakan daun kom (daun yang digunakan untuk mengawetkan mayat),ada juga yang menggunakan getah kimpul atau getah talas belitung.
Sementara itu, jika menggunakan alat sunat modern, terjadinya perdarahan minim. Pada sunat klem, tabung klem akan dibiarkan terpasang selama 3-5 hari lalu kemudian dilepas. Pada saat klem ini terpasang, Anda tak perlu khawatir karena anak tetap beraktivitas, boleh kena air karena penis akan terlindungi oleh tabung klem. Tidak ada jahitan maupun perban.
baca juga: Mahdian klem inovasi sunat terbaru
Apabila Anda memilih menggunakan stapler, setelah sunat kulit tertutup dan darah relatif minim keluar. Setelah rapat, staples terjatuh dengan sendirinya dalam tempo 10-20 hari. Kemudian, rasa nyeri yang sering dikeluhkan anak-anak usai disunat, berkurang. Penyembuhan lukanya pun berlangsung singkat, dan yang penting tidak nampak bekas jahitan.
Sunat Bambu Berbahaya Bagi Kesehatan
Penggunaan klem maupun stapler ini steril dan sekali pakai. Jadi, satu pasien hanya bisa menggunakan satu klem atau stapler dan tidak bisa digunakan untuk pasien lainnya. Hal ini sangat bermanfaat untuk membantu melindungi pasien sunat dari terinfeksi penyakit dari pasien lainnya.
Sementara sunat dengan bambu dinilai tidak steril. Bambu yang akan dipakai kemungkinan mengandung pestisida atau tertempel kotoran.
Meskipun sudah dibersihkan, masih ada kemungkinan kuman atau bakteri tetap menempel dan dapat berisiko berpindah ke penis pasien sunat tersebut. Dikhawatirkan, setelah sunat dan mengalami iritasi, terinfeksi bakteri atau virus penyebab penyakit.
Selain karena alat yang digunakan tidak steril, luka setelah sunat bisa tidak tertutup sehingga akan mengalami perdarahan dan masuknya bakteri atau virus pada luka tersebut sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan dan berisiko lebih tinggi terpapar HIV, Sifilis atau penyakit menular seksual lainnya.
Untuk itu dalam memilih alat sunat haruslah teliti. Selain alat sunat yang digunakan, jangan juga asal pilih operator sunat. Pilihlah dokter yang berpengalaman sehingga risiko komplikasi atau kecelakaan dapat dihindari.