ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder merupakan gangguan mental yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif. Kondisi ini bisa berdampak pada prestasi anak di sekolah.
Hingga saat ini, penyebab utama ADHD belum diketahui secara pasti. Kendati demikian, ada dugaan jika kondisi ini terpengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Apa Saja Penyebab ADHD?
Penyebab ADHD belum diketahui dengan pasti. Tetapi, penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terkena attention deficit hyperactivity disorder, antara lain faktor genetik dan lingkungan. Kondisi ini juga diduga berkaitan dengan gangguan pada pola aliran listrik otak atau gelombang otak.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini bisa terjadi akibat kombinasi dari faktor-faktor berikut:
- Keturunan atau faktor genetik, yaitu memiliki ibu, ayah, atau saudara kandung yang menderita ADHD atau gangguan mental lain
- Kelahiran prematur, yaitu lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu
- Kelainan pada struktur atau fungsi otak
- Kerusakan otak sewaktu dalam kandungan
- Paparan racun dari lingkungan sewaktu masa kanak-kanak, misalnya paparan timbal dari cat
- Anak juga lebih berisiko menderita kondisi ini apabila ibunya menyalahgunakan NAPZA, mengonsumsi minuman beralkohol, atau merokok selama masa kehamilan.
- Bisa terjadi pada anak yang ibunya mengalami stres saat hamil.
Apa Saja Gejalanya?
Gejala pada anak-anak umumnya muncul pada usia 3 tahun dan makin terlihat seiring bertambahnya usia anak. Terutama setelah masuk sekolah atau awal masa pubertas. Namun, gejalanya juga bisa saja baru muncul ketika dewasa.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian. Penderita juga kemungkinan akan menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif.
Sebenarnya, merupakan hal normal bila anak terkadang sulit memusatkan perhatian atau berperilaku impulsif. Namun, pada anak dengan kondisi ini perilaku tersebut lebih sering muncul dan lebih parah. Sebagian besar penderita kondisi ini mengalami dua gejala tersebut, meski terkadang hanya salah satu gejala yang muncul. Misalnya, pada anak yang belum sekolah, gejala hiperaktif akan lebih menonjol.
Anak dengan kondisi ini akan kesulitan dalam memerhatikan arahan dari orang lain atau pelajaran dari guru, misalnya:
- Tidak fokus dalam mengerjakan sesuatu
- Perhatiannya mudah teralihkan
- Sering terlihat seperti tidak mendengarkan pembicaraan atau arahan, bahkan ketika mengajaknya berbicara langsung
- Tidak memerhatikan hal-hal detail
- Ceroboh
- Sulit mengatur tugas dan aktivitas yang ia jalani
- Sulit mengikuti instruksi untuk mengerjakan sesuatu
- Sering kehilangan barang yang ia gunakan sehari-hari
- Tidak menyukai aktivitas yang memerlukan konsentrasi, seperti mengerjakan PR
Baca Juga: Anak Hiperaktif dengan Anak Aktif Ternyata Beda, Lho
Bagaimana Penanganan ADHD?
Penanganan kondisi ini bisa dengan obat-obatan atau psikoterapi. Orangtua, keluarga, pengasuh, dan guru di sekolah juga membutuhkan bimbingan untuk menghadapi anak dengan ADHD. Oleh sebab itu, mereka perlu mendapatkan program pelatihan khusus.
Kondisi ini tidak bisa sembuh dengan sepenuhnya, tetapi melakukan penanganan dapat meredakan gejala dan membantu penderita untuk menjalani hidup dengan normal. Untuk membantu anak mengendalikan gejala-gejala ADHD, orang tua juga dapat menerapkan pola hidup sehat pada anak
Pencegahan ADHD
Kemunculan ADHD pada anak memang tidak dapat dicegah. Namun, ibu hamil dapat mengurangi risiko terjadinya ADHD pada anak dengan menjauhi rokok, minuman beralkohol, dan NAPZA, terutama pada masa kehamilan. Selain itu, jauhkan anak dari asap rokok dan paparan zat beracun.
Baca Juga: Kendala Pada Anak Berkebutuhan Khusus Saat Akan Disunat